Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumberdaya hayati
beragam namun SDG melimpah tersebut belum banyak dieksploitasi oleh pengguna
secara luas. Perhatian terhadap pentingnya sumber daya genetik
(SDG) ditanggapi pemerintah dengan menetapkan berbagai kebijakan
menyangkut pemanfaatan, penelitian, maupun upaya pelestarian SDG. Kebijakan
tersebut antara lain UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam
dan Ekosistemnya, UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
(Dwiyanto dan Setiadi, 2008), dan UU No 11 tahun 2013 tentang Pengesahan Nagoya
Protocol yaitu tentang akses SDG dan pembagian keuntungan yang
adil dan seimbang yang timbul dari pemanfaatan atas konvensi keanekaragaman
hayati.
Menindaklanjuti beberapa aturan di atas BPTP Balitbangtan
Aceh bersama Pemerintah Daerah melakukan beberapa uji adaptasi dan
konservasi untuk memetakan Sumber Daya Genetik tersebut. Mehran,
SP,.M.Si salah satu tim pelepasan varietas dari BPTP Balitbangtan Aceh
menjelaskan bahwa diantara SDG yang dieksplorasi adalah varietas lokal Bawang
Merah Gayo.
Pengajuan pelepasan varietas Bawang merah Gayo sangat relevan dengan program
Kementerian Pertanian karena bawang merah termasuk salah satu komoditas
strategis yang masuk dalam upaya khusus (Upsus) bersama komoditas
lainnya seperti padi, jagung, kedelai (pajale), cabe merah, gula dan daging
sapi.
“Dalam rangka mendukung pengembangan program strategis Kementan, Badan Litbang
memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan berbagai teknologi bagi pengguna
termasuk dalam menyediakan varietas unggul baru” Sebut Mehran disela-sela
kunjungan ke lokasi pengembangan bawang lokal Gayo.
Menurut beberapa petani, keunggulan Bawang merah Gayo antara lain adalah
memiliki produksi tinggi yakni mencapai 12 – 13 ton/ hektar dengan potensi
hasil 9,9 – 16,83 ton/hektar, umbi per rumpun 6 – 10 umbi, berat rata-rata per
umbi 15,25 gram, umur tanaman 72 hari. Keunggulan lain dari bawang merah gayo
adalah memiliki daya simpan yang relatif lebih tahan dan dapat ditanam sampai
pada ketinggian 1500 mdpl. Sementara ada beberapa varietas lain yang
adaptif hanya pada ketinggian tertentu saja.
Pada tahun 2016, bawang merah Gayo ditanami seluas 173 ha dengan produksi
12.689 kwt. pada tahun 2017, varietas lokal tersebut sudah terdaftar di Pusat
Perlindungan Tanaman dan Perizinan Pertanian sebagai Sumber Daya Genetik Lokal.
Pada tahun 2018 direncanakan akan dilepas menjadi Benih Unggul Nasional.
Kaslil,
salah satu penyuluh pertanian di kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah menyebutkan
bahwa, sudah beberapa tahun terakhir ini dia melakukan budidaya bawang
merah lokal tersebut di lahan miliknya dengan menanam varietas lain
seperti Bima Brebes, Gelugur, sebagai pembanding. Hasilnya, varietas
bawang merah lokal Gayo terbukti dapat beradaptasi dengan baik pada
dataran tinggi Gayo dan mempunyai resistensi tinggi terhadap serangan hama dan
penyakit. “bawang merah lokal ini memiliki beberapa keunggulan, bentuk umbinya
padat, rasa dan aromanya tajam, dan warna umbinya merah mengkilap sehingga
menarik minat konsumen”, sebut Kaslil (HY/F).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar